AKSI NYATA MODUL 1.1 PGP

 

AKSI NYATA MODUL 1.1 Pendidikan Guru Penggerak (PGP)

Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Kelas

“Merdeka Belajar dengan Permainan dan Proyek Kolaborasi”


Disusun oleh               : Agus Wiji Utami, S. Pd.

                                      (Calon Guru Penggerak Kabupaten Kebumen)

Fasilitator                    : Sri Winarti, S. Pd.

Pengajar Praktik         : Nunung Awaliyah, S. Pd., M. Pd.


A.    Latar Belakang

Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa dalam menentukan sistem pembelajaran. Tujuan dari merdeka belajar yakni menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi siswa dan guru karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai pembentuk karakter bangsa yang dimulai yang pembenahan sistem pendidikan dan metode belajar di kelas.

Merdeka Belajar dapat diterapkan dengan metode permainan dalam pembelajaran karena sejatinya kodrat anak adalah menyukai permainan. Berdasarkan konteks sosial budaya di lingkungan sekitar anak terdapat permainan tradisional seperti engklek atau sunda manda. Dari permainan tersebut terdapat nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan seperti gotong royong/ kerja sama/, disiplin, tanggung jawab, peduli, berpikir kritis (menyusun strategi), dll. Nilai-nilai tersebut sebagai bekal anak dalam hidup bermasyarakat sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagian.

Selain menggunakan metode permainan, merdeka belajar juga dapat diterapkan dengan proyek kolaborasi. Proyek tersebut dilakukan dalam kelompok yang menuntut adanya gotong royong/ kerja sama antaranggota kelompok. Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21. Pembelajaran abad 21 menjadikan kolaborasi sebagai salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa. Karena, keunggulan tidak semata-mata terkait kecerdasan individual, namun kecerdasan sosial, didukung oleh individu-individu yang berkembang dinamis, teroganisir dalam iklim kolaboratif dan kooperatif. Hal ini menuntut aktivitas pembelajaran yang juga kolaboratif. Selain sebagai sebuah keterampilan, kolaborasi dalam pembelajaran juga dimaknai sebagai lingkungan belajar yang memfasilitasi terjadinya aktivitas kolaboratif. Artinya, guru berperan memfasilitasi terwujudnya keterampilan kolaborasi melalui seperangkat pengalaman belajar kolaboratif.

Pada akhirnya muara dari penerapan metode permainan dan proyek kolaborasi adalah terwujudnya kerangka filosofis “Merdeka Belajar” yang mengacu pada 7 Profil Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri yang lebih menekankan pada aspek gotong royong. Profil Pelajar Pancasila merupakan profil/ gambaran pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 

B.    Kegiatan Aksi Nyata

1.     Perencanaan/ Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan yaitu:

a.     Konsultasi dengan fasilitator, pengajar praktik, serta rekan sesama CGP tentang rencana aksi nyata yang akan dilakukan.

b.     Berkoordinasi dengan rekan sejawat tentang rencana penerapan permainan dan proyek kolaborasi dalam pembelajaran.

c.     Berkoordinasi dengan siswa maupun wali siswa terkait rencana aksi nyata melalui Grup Whatshapp.

d.     Membuat perangkat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan aksi nyata seperti aturan main, langkah/ cara bermain, soal/ pertanyaan permainan engklek modifikasi, serta persiapan materi tentang proyek pembuatan model tata surya.

2.     Pelaksanaan

Bentuk kegiatan aksi nyata sesuai dengan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara yaitu dengan menerapkan metode permainan engklek modifikasi dan proyek kolaborasi pembuatan model tata surya.

a.     Permainan Engklek Modifikasi

Engklek merupakan permainan tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan. Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda. Di daerah Adimulyo, engklek biasa juga disebut sunda manda. Terdapat dugaan bahwa nama permainan ini berasal dari "zondag-maandag" yang berasal dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun dugaan tersebut adalah pendapat sementara. Permainan engklek biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta.

Engklek modifikasi merupakan permainan engklek dengan dimodifikasi penambahan pemberian soal/ pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran sebelum anak melempar gaco yang terbuat dari pecahan genteng. Engklek yang aslinya dimainkan perorangan, dimodifikasi menjadi permainan berkelompok. Pertanyaan tersebut tentang materi tata surya kelas VI pada tema 9 Menjelajah Angkasa Luar.

Berikut langkah permainan engklek modifikasi:


1)    Dalam 1 kelas terbagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan sekitar 4 siswa/ kelompok.

2)    Pembagian kelompok dibebaskan (karena pandemi dapat dibagi berdasarkan jarak rumah terdekat dengan teman).

3)    Setiap kelompok membuat denah engklek yang berbentuk petak-petak seperti berikut.



Denah engklek tersebut dapat dibuat di tanah lapang menggunakan kayu untuk menggarisnya atau bisa juga menggunakan kapur tulis jika di tanah yang dicor/dipaving.

4)    Selanjutnya, dalam setiap kelompok dibagi kembali menjadi 2 kelompok kecil. Masing-masing kelompok harus memiliki 1 buah pecahan genteng sebagai gaco/ kreweng dan sejumlah soal tentang materi tata surya (disediakan oleh guru).

5)    Sebelum memulai permainan, kelompok kecil menerima paket pertanyaan dari guru dan mencari jawabannya terlebih dahulu sebagai kunci yang digunakan untuk memberikan soal kepada kelompok lawan.

6)    Untuk memulai permainan, ketua dari masing-masing kelompok kecil melakukan suit. Suit atau pingsut adalah cara mengundi untuk dua orang dengan mengadu jari untuk menentukan siapa yang menang.

7)    Kelompok pemenang suit makan akan lebih dahulu bermain. Sebelum bermain, kelompok pemenang suit harus menjawab 1 soal tentang tata surya dari kelompok lawan. Jika berhasil menjawab dengan benar, maka dilanjutkan dengan melempar gaco ke dalam petak 1. Selanjutnya, peman ke-1 dari kelompok tersebut memulai dengan melompati petak (yang tidak ada gaconya) dengan mengangkat satu kaki saja hingga sampai ke petak 9 dan kembali hingga ke petak 2 dan mengambil gaconya di petak 1 lalu lompat kembali ke titik mulai.

8)    Sebelum pemain ke-2 melempar gaco pada petak 2, kelompok lawan memberikan soal atau pertanyaan tentang tata surya. Jika kelompok main dapat menjawab dengan benar, maka pemain ke-2 dapat melanjutkan melempar gaco ke petak 2. Jika kelompok main tidak bisa menjawab pertanyaan maka kelompok lawan akan bergantian untuk main.

9)    Langkah 6 dan 7 di atas dilakukan berulang hingga kelompok mampu melempar gaco di petak 9 (gunungan).

10)    Jika sudah sampai di petak 9 atau telah selesai satu putaran, maka kelompok main berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan “sawah” mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan dua kaki, sementara pemain lain/ lawan tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Kelompok yang memiliki petak “sawah” paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.

Aturan dalam permainan engklek modifikasi

1)    Gaco yang terlempar harus berada di dalam petak (tidak di luar ataupun menempel garis petak).

2)    Ketika melompat menggunakan satu kaki (engklek), kaki pemain tidak boleh mengenai garis petak atau di luar petak. Pada petak 4 dan 5 juga 7 dan 8, pemain dapat meletakkan satu kaki di masing-masing petak, dengan catatan petak tersebut belum menjadi sawah kelompok lawan.

3)    Ketika kelompok tidak bisa menjawab pertanyaan, maka kelompok main tidak boleh melempar gaco, sehingga kelompok lawan berhak bergantian main.

4)    Pergantian antara pemain ke-1 dan pemain ke-2 dalam kelompok kecil diatur mandiri oleh kelompok yang bersangkutan.

5)    Tidak boleh menginjak petak sawah milik kelompok lawan.

 

b.     Proyek Pembuatan Model Tata Surya

Project Based Learning (PjBL) atau pembelajaran proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.

Pembelajaran proyek diawali dengan pembentukan kelompok berdasarkan jarak rumah. Dalam satu kelas dibentuk 5 kelompok dengan jumlah anggota 4-5 peserta didik. Pembelajaran diawali dengan penyampaian topik yaitu tentang pembuatan model tata surya. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan terkait materi ataupun apa saja yang harus disiapkan oleh peserta didik. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan rencana pembuatan proyek pembuatan model tata surya yang meliputi alat bahan, pembagian tugas, proses pembuatan, maupun pengiriman tugas. Kelompok diberikan kebebasan dalam menentukan bahan serta bentuk tugas proyek, tetapi dengan hasil akhir sama yaitu model tata surya. Setelah ada kesepakatan kelompok, peserta didik melaksanakan pembuatan proyek. Dalam masa pembuatan dan penyelesaian proyek, guru mendampingi dengan memantau perkembangan proyek. Setelah proyek jadi, peserta didik mengirimkan hasil proyek secara berkelompok.

 

3.     Refleksi

Berdasarkan testimoni rekan guru dan siswa, pembelajaran yang menerapkan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dengan permainan engklek modifikasi dan proyek kolaborasi pembuatan model tata surya sangat menyenangkan. Siswa merasa pembelajaran lebih seru, menarik, tidak membosankan.

 

Selain hal positif tersebut, terdapat beberapa hal sebagai bahan refleksi yaitu:

a.     Permainan engklek modifikasi dan proyek kolaborasi dapat meningkatkan nilai gotong royong pada siswa.

b.     Proyek kolaborasi juga dapat meningkatkan nilai kreatif siswa dalam pembuatan model tata surya.

c.     Adanya kesepakatan kelompok dalam permainan engklek modifikasi dan proyek pembuatan tata surya dapat meningkatkan ketertiban siswa dalam pembelajaran.

d.     Adanya kebebasan bentuk tugas (video atau foto) memberikan rasa nyaman pada siswa, sehingga siswa dapat lebih menikmati pembelajaran (tidak tertekan karena tugas).

 

C.    Kendala

Kendala dalam penerapan permainan engklek modifikasi dan proyek kolaborasi pembuatan model tata surya yaitu:

1.     Masih terdapat siswa yang pasif dalam kelompoknya, masih didominasi oleh siswa tertentu.

2.     Pengumpulan proyek pembuatan model tata surya melebih batas waktu kesepakatan (2 minggu).

 

D.    Rencana Perbaikan

Berdasarkan kendala yang ditemukan, maka rencana perbaikan yang akan dilakukan yaitu:

1.     Memastikan terdapat pembagian tugas yang jelas dalam kelompok, sehingga tidak ada lagi dominasi dalam kelompok.

2.     Memantau penyelesaian tugas dengan mengingatkan batas waktu pengumpulan penugasan, sehingga tugas yang terlambat dapat diminimalisir.

 

E.    Kesimpulan

Permainan engklek modifikasi dan proyek pembuatan model tata surya dapat meningkatkan nilai pada Profil Pelajar Pancasila terutama nilai gotong royong.


Lampiran:

Foto kegiatan

 


Video aksi nyata dan testimoni guru serta siswa Video Aksi Nyata 1.1 Agus Wiji Utami

 



Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu