1.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Assalamualaikum wr wb.
Salam bahagia.
Apa kabar teman-teman Calon
Guru Penggerak (CGP)?
Semoga senantiasa sehat dan masih semangat belajar dan bergerak bersama ya.
Hari ini,
CGP angkatan 2 sudah masuk ke penugasan modul 1.1.a.9 yaitu koneksi antarmateri-kesimpulan
dan refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD).
Setelah meninjau
kembali tugas personal kerangka pembelajaran yang telah dikembangkan pada
fase Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, dan
Elaborasi Pemahaman, maka dapat dibuat kesimpulan mengenai dasar-dasar pemikiran-pemikiran
Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan, yaitu:
1.
Pendidikan
yang menuntun
Ki Hadjar Dewantara
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk menuntun segala kodrat yang ada
pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
2.
Pendidik
ibarat sebagai petani
Dalam menuntun
laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti
seorang petani. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam
oleh petani di lahan yang telah disediakan. Biji jagung yang kurang berkualitas
jika ditanam pada lahan yang baik maka dapat tumbuh dengan baik karena
perhatian dan perawatan dari petani. Hal tersebut sebagai perumpamaan bahwa anak
yang dididik/ dituntun dengan baik oleh guru maka dapat tumbuh lebih optimal.
3.
Budi
pekerti
Menurut KHD,
budi pekerti (watak atau karakter) merupakan perpaduan antara gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti
juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif)
sehingga menciptakan karya (psikomotor). Jadi budi pekerti merupakan sifat jiwa
manusia, mulai angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga. Dengan adanya budi
pekerti, setiap manusia berdiri sebagai manusia, dasar-dasar yang jahat dapat
dihilangkan, maupun tabiat-tabiat jahat (yang tak dapat lenyap sama sekali
karena sudah bersatu dengan jiwa) dapat dikurangi. Di sinilah peran guru
sebagai penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan
karakter baik anak.
4.
Bermain
Seperti yang
disampaikan oleh Ki Priyo pada Webinar CGP angkatan 2 (Senin, 26 April 2021) bahwa
kodrat anak adalah bermain. Maka, tuntunlah
anak dengan bermain, misalnya dengan mengenalkan peta pulau-pulau di Indonesia
menggunakan media pasir. Atau mengenalkan materi dengan menyanyi. Sehingga, anak
akan merasa senang, materi pun dapat membekas pada memori. Berdasarkan konteks
sosial budaya di lingkungan sekitar terdapat beberapa permainan tradisional yang
mengandung nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan seperti gotong royong/
kerja sama, disiplin, tanggung jawab, peduli, berpikir kritis (menyusun
strategi), dll. Nilai-nilai tersebut sebagai bekal anak dalam hidup
bermasyarakat sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagian.
5.
Pendidikan
yang berpihak kepada anak
Dalam proses menuntun
anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan
arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang
‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya
dalam belajar. Merdeka Belajar sebagai konsep pembelajaran di mana pendidik
diberikan kebebasan untuk menentukan proses pembelajaran sesuai dengan kodrat
diri anak. KHD juga mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya
melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila
melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan
anak untuk memiliki keterampilan Abad 21. Merdeka Belajar juga sebagai langkah
untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila sebagai perwujudan pelajar Indonesia
sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. KHD juga menegaskan bahwa didiklah
anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam (kodrat alam) dan
zamannya sendiri (kodrat zaman).
Berdasarkan kesimpulan
mengenai dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan tersebut,
maka saya terdapat pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh. Sebelum saya
mempelajari modul 1.1 saya berpikir bahwa tugas utama guru hanya mentransfer
ilmu, sehingga guru sebagai sumber belajar dan juga pusat pembelajaran. Siswa
hanya menerima informasi-informasi pengetahuan dari guru. Saya percaya bahwa
siswa juga “hanya” butuh nilai bagus untuk keberlanjutan hidupnya. Sehingga,
saya juga hanya fokus mentransfer pengetahuan dan menyelesaikan target
kurikulum. Saya percaya bahwa nilai yang bagus maka akan mempermudah siswa
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga hal tersebut
dapat dijadikan bekal untuk kehidupannya kelak. Saya percaya bahwa siswa diibaratkan
seperti kertas kosong, di mana guru bertugas mengisi kertas kosong tersebut
dengan pengetahuan-pengetahuan.
Beberapa hal yang
berubah dari pemikiran saya setelah mempelajari modul 1.1 ini yaitu mindset/
cara berpikir bahwa pembelajaran haruslah berpihak pada anak. Sehingga harus ada
Merdeka Belajar di dalam pembelajaran saya. Semua harus mengutamakan
kepentingan anak, anak, dan anak. Sehingga anak harus menjadi prioritas dalam
pembelajaran. Pembelajaran haruslah sesuai dengan kodrat anak yaitu bermain.
Maka, pembelajaran harus dapat didesain yang menyenangkan. Jangan sampai keluar
dari kodrat anak. Karena sejatinya, manusia
bisa maju asal bisa sejajar paralel dg kodrat alam.
Selanjutnya, yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD yaitu dengan mengubah dan memvariasikan model maupun metode pembelajaran di kelas. Pembelajaran tidak terkekang hanya di kelas saja. Pembelajaran dapat dilakukan di mana saja. Selain itu, guru tidak sebagai sumber utama dan pertama dalam pembelajaran. Siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitarnya yang divariasikan dengan metode pembelajaran yang tepat. Saya juga akan segera mencoba untuk mengajak siswa melakukan refleksi dalam setiap kegiatan pembelajaran sebagai bahan evaluasi agar lebih baik lagi.
Demikian kesimpulan dan refleksi dari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Salam Guru
Penggerak!
Wassalamualaikum
wr wr.
Agus Wiji Utami
Guru SDN
Sidomulyo-CGP Angkatan 2 Kab. Kebumen
Berikut lampiran infografis mengenai kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
0 Komentar