Aksi Nyata 1.4 – Budaya Positif

Mewujudkan Budaya Positif melalui Kesepakatan Bersama

Oleh Agus Wiji Utami, S. Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Kebumen


A. Latar Belakang

        Menurut filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, seorang guru harus dapat menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Proses menuntun yang dilakukan guru tidak hanya sebatas menuntun dalam pembelajaran yang berfokus pada ranah kognitif, tetapi juga menuntun anak untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab, kritis, dan penuh hormat. Dalam proses pengembangan nilai-nilai karakter positif tersebut dilakukan dengan hal-hal yang menyenangkan. Sehingga, nilai dan peran guru sangat penting sebagai pemberi teladan dalam pertumbuhan karakter baik murid melalui budaya positif di sekolah.

        Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerja sama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian. Dari kedua pengertian tersebut kita melihat bahwa budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah.

    Situasi saat ini ketika pembelajaran dilakukan secara daring, tidak dipungkiri mengakibatkan budaya sekolah yang berupa nilai-nilai karakter positif menjadi luntur. Misalkan saja ketika pembelajaran daring dijadwalkan dimulai pukul 08.00 ternyata beberapa murid belum siap belajar. Bahkan terdapat juga murid yang belum mandi bahkan tidak mengikuti pembelajaran daring dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga, guru sebagai pendidik kurang dapat mengontrol komitmen pengembangan nilai-nilai karakter yang sudah membudaya saat pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka. Inisiatif pengembangan budaya positif tersebut juga baru sekadar dari guru, belum ada keterlibatan murid untuk dalam penyusunannya. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk membangun budaya positif yang berpihak pada murid.

        Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas merupakan beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah, tidak menekan, dan lebih berpihak pada murid. Seringkali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan hubungan murid dan guru menjadi kurang baik.

        Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis membuat kesepakatan kelas sebagai upaya untuk mewujudkan budaya positif di kelas. Kesepakatan kelas dibuat pada kelas IV tahun ajaran 2021/ 2022 di SD Negeri Sidomulyo.


B. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan aksi nyata ini yaitu:

1. Menumbuhkan budaya positif di sekolah yang diawali dari kelas.

2. Menciptakan komunikasi positif dalam pembelajaran antara guru dan murid.

3. Melatih tanggung jawab murid dalam pelaksanaan kesepakatan kelas.

4. Memaksimalkan posisi kontrol guru sebagai manajer di kelas.

5. Memberikan teladan dan motivasi kepada rekan guru dalam penerapan disiplin di kelas melalui kesepakatan kelas dalam membangun budaya positif


C. Deskripsi Kegiatan Aksi Nyata


        Kesepakatan kelas tidak hanya soal peraturan di dalam kelas yang harus ditaati murid dan memberi konsekuensi bagi yang melanggarnya. Dalam membuat kesepakatan kelas, dibutuhkan keterlibatan antara guru dengan murid untuk saling menyepakati bagaimana kondisi kelas yang diinginkan. Adanya kesepakatan kelas, akan memandu murid untuk senantiasa komitmen terhadap kesepakatan yang telah disepakati bersama.


     Pembuatan kesepakatan kelas bertepatan dengan tahun ajaran baru 2021/2022. Sehingga, guru belum mengenal murid satu per satu. Pada awal liburan, penulis sebagai guru yang mendapat tugas mengajar kelas IV, melakukan perkenalan dengan murid melalui grup WhatsApp (WA).

Langkah pembuatan kesepakatan kelas IV:

1. Guru mengajak murid untuk menyampaikan masalah yang dihadapi saat ia berada di kelas dan harapan kelas yang membuatnya nyaman untuk belajar. Penyampaian tersebut dilakukan melalui survei kelas secara daring menggunakan google form pada link klik di sini

2. Guru mengunduh dan menganalisis hasil tanggapan survei kelas untuk melihat kecenderungan dan menyoroti masalah dan harapan yang sama dari murid.

3. Guru dan murid berdiskusi mengenai kelas impian mereka melalui google meet. Guru juga menanyakan kembali tentang harapan tentang kelas mereka.

4. Guru memberikan umpan balik terkait kelas impian mereka.

5. Guru dan murid membuat daftar kesamaan harapan tentang kelas impian.

6. Guru memandu murid menyoroti hal-hal yang dianggap paling penting untuk disepakati bersama.

7. Guru memastikan semua murid mengambil bagian dalam kegiatan ini.

8. Pembuatan poster kesepakatan kelas dan dibagikan melalui google meet serta Grup WA.

9. Guru dan murid berkomitmen melaksanakan kesepakatan kelas.

10. Refleksi rutin terkait kesepakatan kelas yang sudah disusun.



D. Dampak/ Hasil Aksi Nyata

        Dalam penyusunan kesepakatan kelas terjalin komunikasi positif antara guru dan murid. Rasa keterbukaan dan saling percaya dalam menyatakan masalah dan harapan tentang kelas impian sebagai langkah dan modal awal merawat komunikasi positif tersebut. Dalam penyusunan kesepakatan kelas tersebut, murid juga merasa senang karena merasa harapannya terfasilitasi oleh guru. Selain itu, kegiatan aksi nyata mewujudkan budaya positif melalui kesepakatan kelas ini juga berdampak positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Beberapa dampak yang terlihat saat pembelajaran secara jarak jauh yaitu: siswa saling membantu dan berkolaborasi (baik kolaborasi dengan teman ataupun dengan anggota keluarga), saling menghormati dan menyayangi, semangat belajar yang tinggi, serta disiplin dalam mengikuti pembelajaran dan pengumpulan tugas.


    Penulis juga berbagi praktik baik mengenai kesepakatan kelas kepada rekan guru, sehingga hal tersebut juga berdampak positif. Terdapat rekan guru yang ikut juga membuat kesepakatan untuk kelasnya. Dengan demikian, kegiatan aksi nyata ini tidak hanya berdampak untuk lingkup kelas penulis sendiri tetapi juga berdampak untuk kelas lain.



E. Refleksi

1. Perasaan Calon Guru Penggerak (CGP) saat merencanakan dan melaksanakan aksi nyata

        CGP merasa senang dengan adanya kegiatan aksi nyata mewujudkan budaya positif melalui kesepakatan kelas. Pada pembelajaran tahun-tahun sebelumnya, guru belum sempat menyusun kesepakatan kelas. Dahulu guru terbiasa hanya mengumumkan tata tertib kelas, di mana murid hanya sebagai objek peraturan tanpa mengetahui apa manfaat dan konsekuensi dari peraturan tersebut. Sehingga ini juga menjadi pengalaman luar biasa. Untuk target pembelajaran yaitu harapannya pembelajaran lebih menyenangkan bagi murid, murid dapat berkomitmen dengan kesepakatan kelas, dan juga murid dapat merawat budaya positif yang sudah tumbuh.


2. Pembelajaran yang didapat dari aksi nyata

        Penyusunan kesepakatan kelas tentu tidak berjalan lancar sepenuhnya, terdapat beberapa kegagalan. Misalnya, belum semua murid berpartisipasi dalam penyusunan kesepakatan melalui google meet. Hal tersebut dikarenakan murid kelas IV belum semuanya terbiasa menggunakan google meet. 

         Selain kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran, pada saat proses penyusunan kesepakatan kelas juga terdapat keberhasilan. Misalnya, murid sudah terbuka dalam mengemukakan pendapatnya terkait harapan dan kelas impian mereka walaupun baru mengenal penulis sebagai guru kelas yang baru.

        Beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana yaitu penulis sudah membagikan survei kelas berupa google form kepada siswa kelas VI. Karena penulis sudah menjadi guru kelas VI selama 10 tahun, sehingga tidak menduga jika akan mendapat tugas mengajar di kelas yang baru. Ternyata setelah proses penyusunan kesepakatan kelas VI selesai, penulis mendapat tugas mengajar sebagai guru kelas IV pada tahun pelajaran 2021/2022. Sehingga penulis membuat dan membagikan kembali survei kelas pada murid kelas IV. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kesepakatan kelas melalui google meet.

        Tantangan saat penyusunan kesepakatn kelas yaitu, pada saat penyusunan survei untuk kesepakatan kelas, guru harus memahami terlebih dahulu, aspek-aspek dan faktor apa saja yang perlu dimasukkan dalam survei. Guru juga harus mampu membuka komunikasi dengan murid, di mana guru dan murid baru saja kenal. Sehingga, ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mengenal keunikan maupun karakter dari masing-masing murid. 


3. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

        Sebagai bahan perbaikan di masa mendatang, guru perlu meningkatkan literasi terkait penyusunan dan pelaksanaan kesepakatan kelas yang efektif. Guru juga dapat melakukan pendekatan personal dengan murid untuk membuka komunikasi agar lebih efektif dengan murid. Untuk kendala partisipasi yang masih rendalah dalam diksusi melalui google meet, guru melakukan refleksi mengenai langkah atau proses penyusunan kesepakatan kelas, terlebih jika dilakukan masih secara daring. Guru akan membiasakan murid kelas IV untuk menggunakan google meet (terbiasa dengan teknologi dalam pembelajaran). Selain menggunakan google meet, guru juga masih menggunakan grup WA sebagai media dalam penyusunan kesepakatan kelas.



F. Dokumentasi


Gambar 1. Hasil respon survei kelas melalui google form


Gambar 2. Penyampaian pendapat dari murid saat google meet


Gambar 3. Proses penyusunan kesepakatan kelas melalui google meet


Gambar 4. Google meet menyusun kesepakatan kelas IV SDN Sidomulyo


Gambar 5. Poster kesepakatan kelas IV yang dibagikan melalui grup WA


Gambar 6. Poster kesepakatan kelas IV SDN Sidomulyo









Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu