Mewujudkan Budaya Positif melalui Kesepakatan Bersama
Oleh Agus Wiji Utami, S. Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Kebumen
A. Latar Belakang
Situasi saat ini ketika pembelajaran dilakukan secara daring, tidak dipungkiri mengakibatkan budaya sekolah yang berupa nilai-nilai karakter positif menjadi luntur. Misalkan saja ketika pembelajaran daring dijadwalkan dimulai pukul 08.00 ternyata beberapa murid belum siap belajar. Bahkan terdapat juga murid yang belum mandi bahkan tidak mengikuti pembelajaran daring dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga, guru sebagai pendidik kurang dapat mengontrol komitmen pengembangan nilai-nilai karakter yang sudah membudaya saat pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka. Inisiatif pengembangan budaya positif tersebut juga baru sekadar dari guru, belum ada keterlibatan murid untuk dalam penyusunannya. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk membangun budaya positif yang berpihak pada murid.
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan aksi nyata ini yaitu:
1. Menumbuhkan budaya positif di sekolah yang diawali dari kelas.
2. Menciptakan komunikasi positif dalam pembelajaran antara guru dan murid.
3. Melatih tanggung jawab murid dalam pelaksanaan kesepakatan kelas.
4. Memaksimalkan posisi kontrol guru sebagai manajer di kelas.
5. Memberikan teladan dan motivasi kepada rekan guru dalam penerapan disiplin di kelas melalui kesepakatan kelas dalam membangun budaya positif
C. Deskripsi Kegiatan Aksi Nyata
Langkah pembuatan kesepakatan kelas IV:
1. Guru mengajak murid untuk menyampaikan masalah yang dihadapi saat ia berada di kelas dan harapan kelas yang membuatnya nyaman untuk belajar. Penyampaian tersebut dilakukan melalui survei kelas secara daring menggunakan google form pada link klik di sini
2. Guru mengunduh dan menganalisis hasil tanggapan survei kelas untuk melihat kecenderungan dan menyoroti masalah dan harapan yang sama dari murid.
3. Guru dan murid berdiskusi mengenai kelas impian mereka melalui google meet. Guru juga menanyakan kembali tentang harapan tentang kelas mereka.
4. Guru memberikan umpan balik terkait kelas impian mereka.
5. Guru dan murid membuat daftar kesamaan harapan tentang kelas impian.
6. Guru memandu murid menyoroti hal-hal yang dianggap paling penting untuk disepakati bersama.
7. Guru memastikan semua murid mengambil bagian dalam kegiatan ini.
8. Pembuatan poster kesepakatan kelas dan dibagikan melalui google meet serta Grup WA.
9. Guru dan murid berkomitmen melaksanakan kesepakatan kelas.
10. Refleksi rutin terkait kesepakatan kelas yang sudah disusun.
D. Dampak/ Hasil Aksi Nyata
Dalam penyusunan kesepakatan kelas terjalin komunikasi positif antara guru dan murid. Rasa keterbukaan dan saling percaya dalam menyatakan masalah dan harapan tentang kelas impian sebagai langkah dan modal awal merawat komunikasi positif tersebut. Dalam penyusunan kesepakatan kelas tersebut, murid juga merasa senang karena merasa harapannya terfasilitasi oleh guru. Selain itu, kegiatan aksi nyata mewujudkan budaya positif melalui kesepakatan kelas ini juga berdampak positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Beberapa dampak yang terlihat saat pembelajaran secara jarak jauh yaitu: siswa saling membantu dan berkolaborasi (baik kolaborasi dengan teman ataupun dengan anggota keluarga), saling menghormati dan menyayangi, semangat belajar yang tinggi, serta disiplin dalam mengikuti pembelajaran dan pengumpulan tugas.
E. Refleksi
1. Perasaan Calon Guru Penggerak (CGP) saat merencanakan dan melaksanakan aksi nyata
CGP merasa senang dengan adanya kegiatan aksi nyata mewujudkan budaya positif melalui kesepakatan kelas. Pada pembelajaran tahun-tahun sebelumnya, guru belum sempat menyusun kesepakatan kelas. Dahulu guru terbiasa hanya mengumumkan tata tertib kelas, di mana murid hanya sebagai objek peraturan tanpa mengetahui apa manfaat dan konsekuensi dari peraturan tersebut. Sehingga ini juga menjadi pengalaman luar biasa. Untuk target pembelajaran yaitu harapannya pembelajaran lebih menyenangkan bagi murid, murid dapat berkomitmen dengan kesepakatan kelas, dan juga murid dapat merawat budaya positif yang sudah tumbuh.
2. Pembelajaran yang didapat dari aksi nyata
Penyusunan kesepakatan kelas tentu tidak berjalan lancar sepenuhnya, terdapat beberapa kegagalan. Misalnya, belum semua murid berpartisipasi dalam penyusunan kesepakatan melalui google meet. Hal tersebut dikarenakan murid kelas IV belum semuanya terbiasa menggunakan google meet.
Selain kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran, pada saat proses penyusunan kesepakatan kelas juga terdapat keberhasilan. Misalnya, murid sudah terbuka dalam mengemukakan pendapatnya terkait harapan dan kelas impian mereka walaupun baru mengenal penulis sebagai guru kelas yang baru.
Beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana yaitu penulis sudah membagikan survei kelas berupa google form kepada siswa kelas VI. Karena penulis sudah menjadi guru kelas VI selama 10 tahun, sehingga tidak menduga jika akan mendapat tugas mengajar di kelas yang baru. Ternyata setelah proses penyusunan kesepakatan kelas VI selesai, penulis mendapat tugas mengajar sebagai guru kelas IV pada tahun pelajaran 2021/2022. Sehingga penulis membuat dan membagikan kembali survei kelas pada murid kelas IV. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kesepakatan kelas melalui google meet.
Tantangan saat penyusunan kesepakatn kelas yaitu, pada saat penyusunan survei untuk kesepakatan kelas, guru harus memahami terlebih dahulu, aspek-aspek dan faktor apa saja yang perlu dimasukkan dalam survei. Guru juga harus mampu membuka komunikasi dengan murid, di mana guru dan murid baru saja kenal. Sehingga, ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mengenal keunikan maupun karakter dari masing-masing murid.
3. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
F. Dokumentasi
0 Komentar