Koneksi Antarmateri 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Calon Guru Penggerak           : Agus Wiji Utami

Fasilitator                                : Sri Winarti, S.Pd.

Pengajar Praktik                     : Nunung Awaliyah, S.Pd., M.Pd.

Sintesis Berbagai Materi 

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah!

Sekolah sebagai suatu ekosistem pendidikan yang di dalamnya terdapat komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) satu sama lain saling berkontribusi, berkaitan, dan saling berinteraksi dalam konteks kelangsungan penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di level mikro. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah murid, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, penjaga sekolah, pengawas sekolah, wali murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik meliputi keuangan serta sarana dan prasarana sekolah. Pengelolaan sumber daya membutuhkan komponen biotik dan abiotik yang saling bersinergi untuk memajukan sekolah melalui pengelolaan sumber daya.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran memberikan layanan prima kepada murid agar mereka mampu tumbuh sesuai dengan kodratnya, dapat mengembangkan potensi, bakat, minat, dan kebutuhannya. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga harus mampu memimpin upaya membangun lingkungan belajar yang merdeka belajar, merencanakan dan melaksanakan proses belajar yang berpusat pada murid, memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar, serta melibatkan walimurid sebagai pendamping dan sumber belajar di sekolah. Tugas dan wewenang guru tersebut sebagai pemimpin pembelajaran tentu akan selalu melibatkan segala sumber daya yang ada di sekolah, baik sumber daya biotik maupun abiotik. Sehingga, guru selain sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, guru juga sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di sekolah.

Guru sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya memiliki peran sentral untuk melihat potensi dan kekuatan serta dapat menggerakkan sumber daya yang dimiliki secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Terdapat dua paradigma dalam pengelolaan sumber daya. Paradigma pertama yaitu paradigma berbasis hambatan/ masalah. Paradigma ini berfokus pada kekurangan, hambatan, dan solusi untuk menyelesaikannya. Paradigma kedua yaitu paradigma berbasis aset. Pada paradigma ini berfokus pada aset atau kekuatan yang dimiliki sekolah. Sehingga, sekolah mampu memberdayakan apa yang sudah ada di sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya haruslah memiliki berpedoman pada paradigma berbasis aset dan kekuatan. Melalui paradigma berbasis aset, maka menekankan kemandirian sekolah untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam mereka sendiri dengan ekspektasi hasil yang didapatkan dapat berkelanjutan. Paradigma aset ini disebut juga sebagai pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Jika sekolah dianggap sebagai komunitas, mengadopsi pemikiran Green dan Haines (2002), terdapat tujuh aset utama yang dimiliki sekolah, yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya.

Untuk mengimplementasikan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran berbasis aset baik dalam lingkup kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar, yang harus diupayakan oleh guru di antaranya adalah: 1) memetakan potensi aset yang dimiliki ekosistem sekolah; 2) pengambilan keputusan yang tepat, 3) mengkoordinasikan dan menyelaraskan seluruh sumber daya yang ada; 4) memobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas!

Pengelolaan sumber daya yang tepat dalam pembelajaran dapat membantu proses pembelajaran di kelas menjadi lebih berkualitas. Untuk itu, langkah awal sebelum melakukan kegiatan pembelajaran bersama murid dapat dilakukan melakukan pemetaan terhadap harapan dan keinginan ideal dari murid. Selanjutnya guru dapat membuat pemetaan aset dan kekuatan sekolah yang dapat memobilisasi harapan dan keinginan murid. Berdasarkan hasil pemetaan harapan dan keinginan tersebut, guru dapat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan aset sekolah. Strategi pemanfaatan aset sekolah tersebut dapat berupa media maupun sumber belajar. Dengan adanya media ataupun sumber belajar yang sesuai dengan harapan murid, tentu murid merasa lebih senang dan bahagia. Pembelajaran menjadi hal yang tidak membosankan. Tentu indikator tersebut sebagai salah satu tanda bahwa proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas.

Berikut merupakan contoh strategi pemanfaatan aset sekolah berupa modal manusia yaitu walimurid. Langkah awal yaitu guru memetakan harapan dan keinginan murid dalam belajar tema baru, yaitu tema 4 Berbagai Pekerjaan pada kelas 4. Dari hasil pemetaan harapan dan keinginan murid tersebut, murid menginginkan belajar tentang jenis-jenis pekerjaan di sekitar dari narasumber langsung. Selanjutnya, guru membuat pemetaan aset dan kekuatan sekolah. Melihat adakah modal manusia yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendekatan aset, guru meminta walimurid kelas 4 untuk menjadi narasumber dalam proses pembelajaran. Guru melakukan strategi pemanfaatan modal manusia, yaitu walimurid, sebagai sumber belajar. Selanjutnya, guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan walimurid sebagai sumber belajar. Ketika pelaksanaan proses pembelajaran terlihat bahwa murid antusias dan semangat belajar. Murid terlibat dalam proses pembelajaran mulai dari bertanya mengenai pekerjaan narasumber, menuliskan hasil wawancara tersebut, kemudian juga menyajikannya dalam bentuk diagram venn/ cerita (pembelajaran diferensiasi). Kemudian pada akhir pembelajaran, guru bersama murid melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran sebagai upaya perbaikan pembelajaran selanjutnya. Dengan pengelolaan sumber daya dan strategi pemanfaatan aset sekolah yang tepat, maka dapat membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak!

Materi modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya berkaitan erat dengan modul-modul sebelumnya. Pada modul 1.1 filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara tentang kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman juga berkaitan dengan modul 3.2. Kodrat alam dan kodrat zaman merupakan aset yang melekat untuk mengembangkan ekosistem pembelajaran sekolah agar lebih berkualitas dan berpihak pada murid. Nilai dan peran guru penggerak (modul 1.2) seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sumber daya tersebut. Guru juga harus memiliki visi dan imaji yang kuat terkait perannya sebagai agen transformasi di sekolah (modul 1.3). Guru akan mampu mengupayakan penyelarasan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sehingga kelemahan sekolah menjadi tidak relevan lagi, melainkan lebih terfokus pada kekuatan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Inkuiri apresiatif dengan pendekatan BAGJA sangat relevan untuk melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif di sekolah (modul 1.4).  

Selain itu, jika guru mampu memetakan sumber daya berupa modal manusia (murid) yang ada, maka guru dapat mengupayakan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir perbedaan kekuatan yang dimiliki oleh murid. Hal tersebut telah dipelajari dalam modul sebelumnya yakni modul 2.1.  Kekuatan individual dalam diri murid tersebut bisa dikembangkan lebih lanjut dalam aspek sosial dan emosional melalui pembelajaran sosial emosional (modul 2.2). Untuk memaksimalkan semua potensi dan kekuatan murid agar berdampak terhadap prestasi murid dapat diupayakan melalui praktik coaching (modul 2.3).  Selain itu, sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dibutuhkan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat, melalui langkah-langkah pengambilan keputusan yang telah dipelajari dalam modul 3.1.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini!

Sebelum mempelajari modul ini, saya memiliki paradigma berbasis hambatan/ masalah. Saya cenderung melihat ekosistem sekolah dalam sudut pandang kelemahan sehingga keunggulan atau potensi yang ada seolah tertutupi. Hal ini mengakibatkan saya mengalami kesulitan dalam memobilisasi sumber daya yang ada untuk kepentingan pembelajaran murid karena saya lebih sering terfokus pada masalah yang dihadapi serta solusinya. Setelah mempelajari modul 3.2 ini dan berefleksi, ternyata pola pikir saya selama ini keliru. Jika hanya berkutat pada kelemahan, tentu tidak akan maju. Untuk melakukan transformasi pendidikan di sekolah perlu menerapkan pendekatan berbasis aset dan kekuatan. Melalui pendekatan tersebut, sekolah akan berfokus pada kekuatan yang dimiliki sehingga memudahkan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan pelaksanaan rencana aksi transformasi pendidikan yang berpihak pada murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu